Pulang
(sinopsis novel Taha Mochtar)
Adalah seorang pemuda pribumi yang menjadi tentara Heiho, yang memerangi bangsanya sendiri. Nama pemuda itu Tamim. Tujuh tahun lamanya Tamim menjadi Heiho dan tingal di Jepang. Kisah dimulai ketika si tokoh utama Tamim berkeinginan pulang kembali ke Indonesia. Tamim sangat rindu dengan keluarga dan kampung halamannya.
Selama ini, orang-orang di kampung halamannya menganggap Tamin sebagai pahlawan gerilya yang telah berjuang membela bangsa dan negaranya dari penjajah. Itulah sebabnya, ketika Tamin datang, orang-orang sekampung mengelu-elukannya. Padahal kenyataannya Tamim adalah seorang pengkhianat. Tamim seorang tentara penjajah yang melawan bangsanya sendiri. Inilah yang menggelisahkan hati Tamim. Bahkan, orang tuanya sendiri tidak tahu bahwa dirinya adalah tentara Heiho.
Melihat kenyataan ini, Tamim terpaksa berbohong ketika dia disuruh menceritakan pengalamannya bertempur selama tujuh tahun. Ia mengarang cerita bagaimana perjuangannya bergerilya di hutan-hutan di Jawa Barat dan bertempur melawan penjajah Belanda. Betapa cerita bohong ini menggelisahkan dan menyiksa perasaan Tamim. Lebih-lebih ketika dirinya diminta menyanyikan lagu-lagu perjuangan.
Karena tidak kuat mengingkari hati nuraninya, Tamim diam-diam pergi meninggalkan desanya. Ia mengembara. Dalam pengembaraannya pun Tamim merasa tersiksa. Ia khawatir jika ada orang yang membocorkan keadaan dirinya yang sebenarnya kepada orang-orang di kampung halamannya.
Suatu hari, Tamim bertemu dengan pak Banji, seorang tetangga di kampung halamannya. Dari cerita pak Banji, tahulah Tamim bahwa ayahnya sudah meninggal. Pak Banji juga mengabarkan bahwa orang-orang sekampungnya mengharapkan Tamim pulang. Mereka sangat ingin mendengarkan kisah perjuangan Tamim ketika melawan penjajah.
Mendengar cerita pak Banji, di satu sisi Tamim senang, karena orang-orang sekampung tetap tidak mengetahui jati dirinya yang sebenarnya. Tetapi di sisi lain, ia merasa sangat sedih karena ayahnya sudah meninggal dunia. Karena dua perasaan yang bercampur aduk itulah Tamim memutuskan untuk pulang ke kampung halamannya. Ia sudah bertekat untuk membangun kampung halamannya sebagai wujud penyesalannya karena telah melawan bangsanya sendiri.
Dalam hati kecil ia berkeyakinan bahwa dirinya tidak sepenuhnya bersalah ketika menjadi tentara Heiho. Ia sangat terpengaruh oleh propaganda Jepang dan Sekutunya. Dan tekatnya untuk membangun kampungnya adalah manifestasi dari rasa cinta tanah airnya
0 komentar:
Posting Komentar